Doa Praktis

Selamat Datang di Y-Skeitya.blogspot.com...... *Hargailah setiap waktu yang anda miliki. Dan ingatlah waktu tidaklah menunggu siapa-siapa.*

Garam dan Telaga

Jumat, 13 September 2013

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi. Datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.

Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkan dangan seksama, Ia lalu mengambil segengam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkan garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba. Minum ini, dan katakana bagaimana rasanya..”, ujar Pak Tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”. Jawab sang tamu. Sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum, Ia lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta risak air. Mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu selasai meneguk air itu, Pak Tua berkata lagi. “Bagaimana rasanya?”.
“Segar”, sahut tamunya. “Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, Tanya Pak Tua lagi. “Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak. Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Lalu ia mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama dan memeng akan tetap sama tapi kepahitan itu yang kita rasakan, sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu. Akan disadari dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya . itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan  kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu”.
Pak Tua itu kembali member nasihat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan  merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan”.
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hati itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering  datang  padanya membawa keresahan jiwa.

2 komentar:

Posting Komentar

Entri Lainnya

Total Tayangan Halaman

Categories

Blog Archive

Perfect World Online Spear Thingy